Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Juni 2012

pendidikan islam pada masa khlafaur rasyidin


BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin

Di masa hayatnya Rasullulah, seluruh jazirah arab telah masuk dalam wilayah islam. Tugas pemeliharaan pembinaan dan perluasan selanjutnya menjadi beban kewajiban pada umumnya, termasuk dalam urusan pendidikan umat sendiri. Prinsip-prinsip pokok dan idealism islam telah diajarkan oleh Nabi kepada para sahabtnya hingga memberikan kesan yang mendalam yang hidup dalam jiwa dan pribadinya masing-masing. Keadaan demikian ini memberiakn jaminan yang kuat kepada semangat perjuangan menegakkan “kalimat allah”, keadilan dan kebenaran. Meskipun demikian, masih banyak persoalan-persoalan yang belum terselesaikan oleh Nabi. Terutama tatkala wilayah islam telah meluas ke luar jazirah Arab. Masalah-masalah baru yang tidak ada contohnya dari Nabi banyak di jumpai. Pada masa ini tempat bertanya telah tiada. Jika mereka menjumpai jawabannya dalam Al-quran dan sunah Rasul, mereka berusaha berijtihad hingga memperoleh jawabannya yang dianggap paling benar. Dengan bertawakal kepada Allah, hasil ijtihadnya itu di laksanakan dengan sebaik-baiknya disertai dengan mengharapkan keridloan Allah swt. Akan tetapi meskipun cara berijtihad ini dibolehkan dan ada tuntutannya dari rasullulah, mereka senantiasa selalu hati-hati melakukannya dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip pokok dan idealisme islam. Terutama dalam masalah pendidikan, yang merupakan usaha pewarisan ajaran islam kepada generasi penerusnya, maka jika terdapat penyimpangan atau menyalahi kebenaran, berarti telah menaburkan benih-benih yang tidak dikehendaki oleh aqidah islam sendiri.     
Periode Khulafa’ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang sangat berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia. Pengaruh dan kekuasaan Islam telah meliputi Syiria (Syam), Irak, Persia dan Mesir. Hasil gemilang ini bersumber kepada beberapa faktor, diantaranya: hakikat ajaran Islam sendiri yang sederhana dan rasional, watak orang Islam sendiri yang penuh vitalitas-vitalitas yang berhasil digairahkan dengan ajaran Islam serta situasi sosial, budaya dan politik di timur pada saat lahirnya Islam terutama di dua Imperium Persia dan Bizantium.
Keadaan ini mendorong khalifah-khalifah Ar-Rashidin untuk lebih mengkonsolidasikan kekuataan dan kemampuannya dalam rangka untuk mempersiapkan pegembangan dan penyiaran Islam lebih lanjut. Hal-hal yang dapat di catat segai langkah tersebut guna kepentingan Islam selanjutnya adalah:
1.   PENYUSUNAN MUSHAF AL-QURAN.
Sewaktu Nabi masih hidup tulisan-tulisan wahyu Al-Quran tercatat dalam lembaran yang terpisah-pisah serta ada pada beberapa orang pencatat wahyu. Sewaktu Abu Bakar As-Sidik menjabat Kholifah beliau memerintahkan mengumpulkan tulisan-tulian Al-Quran yang terpisah-pisah pada Zaid Bin Tsabit. Setelah berkumpul menjadi tulisan maka tulisan-tulisan tersebut disimpan oleh Abu Bakar sendiri. Setelah Abu Bakar wafat , jabatan Kholifah di ganti oleh Umar bin Khotab, dan selanjutnya di simpan oleh Umar bin Khotob, kemudian oleh khalifah, anaknya dan janda mendiang Rasulallah. Setelah jabatan kholifah di pegang oleh Utsman bin Affan, beliau memerintahkan kepada Zaid Bin Tsabit.Abdullah Ibn Zubair dan Said Ibnu Ash untuk menyusunnya dalam satu mushaf yang di kenal dengan mushaf Usmani , sebagaimana di kenal sekarang.
2. PENYUSUNAN ILMU NAHWU
Karena kesulitan yang banyak di hadapi bangsa dan orang ‘Ajam yang mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an setelah meluasnya Islam dikalangan orang yang berbahasa bukan arab seperti bahasa Khibthi (Mesir) dan bahasa Suryani (Syiria Dan Irak) maka atas saran dan petunjuk Ali Bin Abi Thalib, seorang ahli bahasa bernama Abul Aswad Al Dauly menyusun ilmu nahwu (gramatika arab) untuk membantu dan mempermudah orang asing mempelajari bahasa Al-Qur’an.
a.MAJLIS KHALIFAH
Semenjak kekuasaan khalifah Abu Bakar sampai khalifah Ali Bin Abi Thalib, atas inisiatif mereka ditimbulkan suatu media untuk menyelesaikan urusan negara, agama dan urusan-urusan lain yang menyangkut tugas khalifah, apa yang dinamakan dengan majlis khalifah. Dimajlis khalifah inilah para khalifah duduk bersama sahabat dan pemuka-pemuka lainnya, juga dengan rakyat umum untuk membicarakan kepentingan umum dan memecahkan permasalahannya bersama dengan mereka. Pada mulanya majlis khalifah ini bertempat di masjid, tetapi pada perkembangan selanjutnya dipindah ke Istana khalifah dan berkembang sebagai salon adabiyah pada masa Umayyah dan mencapai ketenarannya pada masa Abbasiyah. Bahkan akhirnya berfungsi sebagai tempat pertemuan ilmiyah dan pengembann ilmu, sastra yang dihadiri khusus oleh para ulama’ dan sarjana terkemuka dalam banyak bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.
            Usaha-usaha tersebut merupakan langkah yang sangat bermanfaat bagi pengembangan Islam dan ilmu pengetahuan pada masa-masa selanjutnya. Ilmu pengetahuan Islam ternyata telah banyak mendapatkan dorongan maju, terutama dari ajaran Islam sendiri, terbukti dengan munculnya kegiatan pendidikan di beberapa tempat diwilayah kekhalifahaan Islam diantaranya:
1.  Makkah dan Madinah (Hijaz) dengan guru pertamanya Muadz Ibn Jabal di Makkah dan Zaid Ibn Tsabit dan Abdullah ibn Umar di Madinah. Muadz Ibn Jabal mengerjakan Al-Qur’an dan yang bersangkutan dengan yang halal dan yang haram dalam Islam. Zaid Ibn Tsabit di Madinah, sesuai dengan keahliannya mengajarkan qira’at Al-Qur’an dan Ilmu Faraid. Sedang Abdullah ibn Umar sebagai seorang ahli Hadits yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah, beliau mengajarkan dan berfatwa sesuai dengan hadits yang diriwayatkannya.
2.  Kufah (Irak), dengan guru pertamanya Abdullah Ibn Umar. Abdullah Ibn Umar adalah orang pertama yang dikirim oleh khalifah Umar ibn Khattab untuk mengajar di Kufah. Beliau mengajarkan Al-Qur’an, tafsir dan fiqh serta hadits.
3.  Damsyik (Syam), dengan guru-guru pertamanya Muadz Ibn Jabal, Ubadah dan Abu Darda’. Mereka inilah yang dikirimkan khalifah Umar Ibn Khattab untuk menjadi guru disana sesaat setelah Damsyik menganut Islam. Muadz ibn Jabal mengajar di Palestin, Ubadah di Hims sedang Abu Al-Darda’ mengajar di Damsyik. Mereka terutama mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Islam lainnya.
4.  Fusthat (Mesir), dengan guru pertamanya Abdullah Ibn Amr Ibn Ash. Beliau seorang ahli hadits dan bukan saja menghafal diluar kepala hadits-hadits yang diterimanya dari Rasulullah melainkan juga dituliskannya dalam catatan yang rapi sehingga cukup menjamin keaslian lafal Rasulullah.
Kebanyakan kegiatan pendidikan ini dilaksanakan di masjid dan di Kutab atau Makkah. Kuttab sebagai tempat mengajar al-qur’an dan dasar-dasar agama Islam pada tingkat dasar, sedang tingkat menengah dilaksanakan di masjid. Dari sinilah Dr. Asma Hasan Fahmi menyatakan bahwa Al-Kuttab sebagai tempat mengajarkan al-qur’an dan dasar-dasar agama Islam baru muncul pada masa kekuasaan khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq dan Umar ibn Khattab.
Sebenarnya pendidikan dalam arti lembaga baru ada pada masa Khulafaur Rasyidin ini yaitu dengan munculnya Al-Kuttab yang terorganisir secara rapi dan terecana. Tetapi batas tahun 459 H segera memisahkan antara lembaga pendidikan lama dengan lembaga pendidikan modern dengan munculnya madrasah Nidzamiyah yang dirintis pendirinya oleh seorang perdana menteri Nizamul Mulk pada masa Sultan Malik Syah dari Bani Saljuk. Sebagai madrasah modern, Nidzamiyah dilengkapi dengan Yayasan pengelola yang mendukung stabilitas lembaga pendidikan ini. Madrasah ini tersebar dihampir seluruh kota dan pelosok kekuasaan Bani Saljuk diantanya di kota-kota: Bagdad, Naisabur, Isfahan, Basrah Dan Mausul.
Empat khalifah yang pertama pengganti Muhammad bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulut, namun sebagai pengganti Rasululah mereka harus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para sahabat-sahabat Rasul yang lain.
1.   Masa khalifah Abu Bakar as-sidiq(632-634)
         Setelah ANabi wafat, sebagai pemimpin  umat islam adalah Abu  Bakar  as-sidiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai Pemimpin agama dan Pemerintahan.         
         Masa awal kekhalifahan Abu bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang  orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang engggan membayar zakat. Bedasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatian nya untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan memengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat islam yang gugur, yang terdiri adri Sahabat dekat dengan Rasulullah dan para hafiz Al-quran, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal Al-quran. Oleh karena itu, Umar ibn Khatab menyarankan kepada khalifah Abu bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-quran, kemudian untuk merealisasiakan saran tersrbut diutuskan Zaid bin Tsbit untuk mengumpulkan semua tulisan Alquran. Pola Pendidikan.
        Dari segi materi pendidikan islam etrdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan , dan lain sebagainya.
1.Pendidikan keimanan yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2.Pendidik akhlaq, seperti adab masuk rumah orang,sopan santu bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji.
3.Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam shalat merupakan pendidikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
               Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. kuttab  merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid,  selanjutnya Assama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu bakar dan pusatpembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam dalah masjid, masjid dijadikan  sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidiakn  islam, sebagai tempat shalat berjamaah, membaca Al-quran, dan lain sebagainya.
Bedasarkan uraian diatas, penulis buku ini berkesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah Abu bakar ini adalah adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.
2.Masa Umar Khtab (13-23 H: 6345-644 M)
 dengan Kedudukan Manusia sebagai makhluk yang mulia, pikiran. Persaan dan mkemampuan berbuat, merupakan komponen dari kemuliaan dan kesempurnaan yang melengkapi ciptaan (kejadian) manusia. Firman Allah Swt:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
               Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul dikalangan kaum muslimin setelah Nabi wafat, bedasarkan hal inilah Abu bakar menunjuk penggantiannya yaitu Umar bin khatab, yang tujuannya adlah untuk mencegah supay tidak terjadi perselisihan dan perp[ecahan dikalangan umat islam, kebajakan Abu bakar tersebut ternyata di terima di Masyarakat, pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang, Wilayah islam pada masa Umar bin khatab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini di perlukan manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa kekhalifah Umar bin khatab, Sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ad diantara umat islam yang ingin belajar hadits harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di Madinah.
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar Jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan pendidikan islam didaerah-daerah yang ditaklukan itu. Untuk itu, Umar bin khatab memerintahkan kepada panglima perangnya, apa bila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya, mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidiakan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah umar bin khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau jaga menerapkan pendidikan di pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-quran dan ajaran islam lainnya, seperti fiqi kepada penduduk yang baru masuk islam.
Di antara sahabat-sahabat yang di tunjuk oleh umar bin khatab ke daerah adalah Abdurahman bin ma`qal  dan imran bin Al-hashim, kedua orang ini di tempatkan di Basyrah. Abdurahman bin Ghanam dikirim ke syiria dan Hasan bin Abi Jabalah dikirim ke Mesir. Adapun  metode yang mereka pakai adalah Guru duduk di halaman masjid sedangkan murid mengingkarinya.
Dari hal diatas penulis berpendapat bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan para Sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada rasullulah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain Madinah adalah Mesir, Syiria, dan Basyrah.
Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam bertyambah besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan. Pada masa khalifah Umar bin Khatab, mata pelajaran yang di beriakan adalah membaca dan menulis Al-qur`an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada Umar bin khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab juga sudah mulai tampak, orang yang ditaklukan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
Bedasarkan hal yang telah di uraiakan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di masa khalifah Umar bin khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan di samping telah ditetapakannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya puisat-pusat pendidikan islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu di taklukan dan dari baitulmal
2. Masa Khalifah Usman bin affan(23-35 H: 644-656 M)
Nama lengkapnya adalah Usman ibn abil Ash ibn Umaiyah. Beliau masuk islam atas seruan Abu Bakar Siddiq. Usman di angkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam yang di tunjuk oleh khalifah Umar bin Khatab menjelang beliau akan meninggal. Panitia yang enam adalah: Usman, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasullulah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di Daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah di jangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar islam  dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada Masyarakat.
Khalifah Usman suidah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada suatu usaha yang cemerlang  yang telah terjadi di masa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan islam, yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-qur`an. Bedasarkan hak ini, khalifah khalifah Usman memerintahkan kepada tim penyalinan tersebut, Adapun tim tersebut adalah: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harist.
Bila terjadi pertikaian bacaan, maka harus di ambil pedoman kepada dialek suku Quraisy, sebaba Al-qur1an ini diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Zaidbin Tsabit bukan orang Quraisy tetapi ketiga adalah orang Quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bi Affan diserahkan kepada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridloan Allah.
Bahwa pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan Umar bin khatab, sebab pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan saja kepada rakyat. Dan apabila dilihat dari kondisi pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijaka Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan .



4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M)
Ali bin abi Thalib bin Abdul muthalib adalah putra dari Paman Rasulluh dan suam dari Fetimah anak Rasulluah. Ali bin Abi Thalib di asuh dan dididik oleh Nabi. Ali terkeanal sebagai anak yang mula-mula beriman kepada Rasullulah.
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah istri Nabi) beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman, peperangan diantara mereka disebut perang jamal (unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta, setalah berhasil menbgatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai Gubernur di Damaskus memberontak untuk menggunakan kekuasaanya. Peperangan ini disebut dengan peperangan Shiffin, karena terjadi di Shiffin. ketika tentara Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segara mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dengan adil dan damai). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun Tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah bersifat curang, sebab dengan tahkim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara tahkim, meninggalakan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Bedasarkan uraian di atas, penulis berkimpulan bahwa pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidiakan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan Nabi yang menekan pada prngajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada Al-qur`an dan Hadits Nabi.  
  
  

BAB III
KESIMPULAN

Khalifah Khulafa’ur Rasyidin (Abu Bakar, Umar inb Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali Bin Abi Thalib) merupakan khalifah pengganti Rasulullah Muhammad. Dengan semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras dengan menyerang daerah-daerah yang tidak mau masuk Islam.
Walaupun menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih bersemangat dalam menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam pada masa Khulafa’ur Rasyidin ini bergerak di berbagai bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun Pendidikan.
Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah Khulafa’ur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur’an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam.
Selain itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafa’ur Rasyidin dibidang pendidikan adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu irtu.







PENUTUP

Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidiakan pada masa Rasullulah. Pada masa khalifah Umar bin khatab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke Daerah-daerah yang baru di taklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan di serahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya berfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke Daerah-daerah untuk mengajar. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian. Ini disebabkan permintaan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.

















DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ibnu Al Khaldun, Muqaddimah, Daar Al Fikr, Beirut.,Cet I, 1998.
Asma Hasan Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Ibrahim Husain M.A., Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
Azzumardi Azra, MA., Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains, dalam Charles Michaell Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, Logos, Jakarta, 1994.
Drs. Busjairi Madjidi, Sejarah Pendidikan Islam Bagian Pertama, Penerbit Tiga A,Yogyakarta, 1969.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Mutiara, Jakarta, 1966.
Mushthafa ‘Abdus Sami’, Teknolojia At Ta’lim, Markaz Al-Kitab Lin Nasyr, Cairo, 1999.
Abdurrahman Ibnu Al Khaldun, Muqaddimah, Daar Al Fikr, Beirut.,Cet I, 1998, hal.412.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar