Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Juni 2012

dinasti umayyah


PETA KONSEP
  1. Menjelaskan latar belakag terbentuknya Dinasti Umayyah
a.       Pendiri Dinasti Umayyah
b.      Tahun berdirinya Dinasti Umayyah
c.       Latar belakang berdirinya Dinasti Umayyah
d.      Silsilah Dinasti Umayyah
  1. Khalifah-khalifah pada masa Dinasti Umayyah
  2. Usaha-Usaha yang dilakukan Khalifah Dinasti Umayyah yang menonjol
a.       Muawiyah Ibn Abi Soffan (41-60 H/661-680 M)
b.      Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H/683-705 M)
c.       Walid Ibn Abdul Malik (89-96 H/ 705-715 M)
d.      Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
e.       Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
  1. Perluasan wilayah kekuasaan pada masa Dinasti Umayyah
  2. Menjelaskan sebab runtuhnya Dinasti Umayyah
  3. Bentuk peninggalan Dinasti Umayyah
  4. Membandingkan gaya kepemimpinan Dinasti Umayyah dengan kepemimpinan sebelumnya
  5. Hikmah mempelajari Dinasti Umayyah












DINASTI UMAYYAH

A.    Latar Belakang Berdirinya
Dengan meninggalnya khalifah ‘Ali Ibn Abi Thalib, maka bentuk pemerintahan kekhakifahan telah berakhir, dan di lanjutkan dengan bentuk pemerintahan ( kerajaan) yaitu dinasti Bani Umayyah. Nama Daulah Umayyah itu berasal dari nama “Umayyah Ibn Abdi Syams Ibn Abd Manaf”, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin  kabilah Quraisy di Zaman Jahiliyah.[1] Pendiri Dinasti Umayyah yakni Muawiyah Ibn Abi Soffan Ibn Harb Ibn Umaiyah. Muawiyah mendapatkan kursi kepemimpinan setelah Hasan Ibn ‘Ali Ibn ‘Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H.[2]
                  Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.
                  Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan Ibn ‘Ali kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan.serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah”.[3]
                        Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :[4]
  1. Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
  2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
  3. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
  4. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
  5. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.
Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan telah mengakhiri bentuk pemerintahan yang demokratis menjadi pemerintahan monarki absolute, yakni system kerajaan yang diwariskan secara turun temurun an tidak lagi dilakukan dengan pemilihan melalui cara demokratis. Muawiyah mencontoh system pemerintahan kerajaan Byzantium dan system pemerintahan kekaisaran Persia.[5]
                  Bani Umaiyah itu pada hakekatnya, dari semula telah menginginkan jabatan khalifah itu, tetapi mereka belum mempunyai harapan untuk mencapai cita-cita pada masa Abu Bakar dan Umar. dan setelah Umar ditikam, dan ia menyerahkan permusyawaratan untuk memilih khalifah yang baru kepada eman orang sahabat, diantaranya Utsman, diwaktu itulah baru muncul harapan besar bagi Bani Umayyah dan mereka lalu menyokong pencalonan Ustman secara terang-terangan, dan akhirnya Ustman terpilih. Semenjak itu mulailah Dinasti Umayyah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan “Khilafah Umawiyah”, sehingga dikatakan bahwa khalifah Umayyah itu pada hakekatnya telah berdiri sejak pengangkatan Utsman menjadi khalifah dan pada masa pemerintahan Utsman inilah Muawiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dan menyiapkan daerah Syam untuk dapat menjadi pusat kekuasaan Islam dimasa datang.[6]
Berikut ini silsilah keturunan dari nenek moyang Bani Umayyah







Text Box: Abdul Muthalib
Organization Chart








B.     Khalifah-Khalifah Pada Masa Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu Abad, tepatnya selama 90 tahun (661-750 M / 41-132 H). dan selama pemerintahan Dinasti Umayyah telah berkuasa sebanyak 14 Khalifah. Para khalifah itu ialah : [7]
    1. Muawiyah Ibn Abi soffan (41-60 H / 661-680 M)
    2. Yazid Ibn Muawiyah (60-64 H / 680-683 M)
    3. Muawiyah Ibn Yazid (64-64 H / 683-683 M)
    4. Marwan Ibn Hakam (64-65 H / 683-685 M)
    5. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 685-705 M)
    6. Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M)
    7. Sulaiman Ibn Abdul Malik ( 96-99 H / 715-717 M)
    8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H /  717-720 M)
    9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H / 720-724 M )
    10. Hasyim Ibn Abdul Malik (105-125 H / 724-743 M)
    11. Walid Ibn Yazid (125-126 H / 743-744 M)
    12. Yazid Ibn Walid (126-127 H / 744-745 M)
    13. Ibrahim Ibn Walid (127-127 H / 744-745 M)
    14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H / 745-750 M)
Diantara 14 khalifah Dinasti Umayyah yang berkuasa selama kurang lebih 90 tahun, terdapat beberapa khalifah yang dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka antara lain :

  1. Muawyah Ibn Abi Soffan (41-60 H / 661-680 M )
Pada umumnya sejarawan memandang negative terhadap muawiyah keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara arbitrase yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah sisten pemerintahan yang dipilih oleh rakyat menjadi kekuasaan raja yang diwariska turun-temurun.[8]
Bila dilihat dari sikap dan prestasi pilitiknya yang menakjubkan sesungguhnya Muawiyah adalah seorang pribadi dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa yang politikus dan pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijakan kebijakan dalam pemerintahan.
                  Diantara usaha yang dilakukan Muawiyah sehingga membawa namanya menjagi terkenal selain mendirikan Bani umayyah, adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia. Muawiyah mengutus Uqbah Ibn Nafi untuk menakluklukan Tunisia tahun 670 M. panglima Uqbah Ibn Nafi kemudian mendirikan sebuah kota, yaitu kora Qairun. Disebelah timur, Muawiyah dapat menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan Lautnya terus mengadakan serangan ke Ibu kota Byzantiun, Konstantinopel.
                  Kemudian diantara jasa-jasa Muawiyah adalah mengadakan “Dinas Pos Kilat” dengan menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. Muawiyah juga mendirikan “Kantor Cap” (percetakan mata uang).

  1. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 683-705 M)
Khalifah Abduk Malik adalah orang kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama dibidang Fiqih. Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama yakni 21 tahun. Khalifah Abdul Maluk Ibn Marwan menciptaan keamanan disemua wilayah Islam. Setelah keamanan menjadi stabil, maka ia berusaha melaksanakan pembangunan demi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hasil uasahanya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat antara lain:
a.       Membentuk Mahkamah Agung
b.      Penggantian bahasa resmi ( menggunakan Bahasa arab )
c.       Penggantian mata uang ( mencetak mata uang dengan nama Dirham, Dinar dan Fals)
d.      Mendirikan kas Negara di Damaskus
e.       Pembangunan pos dan peningkatan pelayanan pos dan komunikasi
f.       Mendirikan bangunan-bangunan seperti pembangunan pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal perang yang didirikan di Tunisia
g.      Membangun masdji Umar (Qubah Al-Sakharah) di Yarussalem
h.      Memperluas masjid Haram di Makkah
i.        Penyempurnaan tulisan Mushaf Al-Qur’an dengan titik pada huruf-huruf tertentu dan memperbaharui Qawaid

  1. Walid Ibn Abdul malik ( 89-96 H / 705-715 M)
Khalifah Walid ibn Abdul Malik ini memerintah kurang lebih 10 tahun.       Pada  masa pemerintahannya, kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Pada masa Walid Ibn bdul Malik terkenal dengan Negara yang damai dan rakyat memperoleh jaminan keamanan. Wilayah Islam pada masa ini paling luas yaitu dari Indus di India sampai ke Andalusia di Spanyol. Wilayah kekuasannya meluas kewilayah Timur sampai didaerah anak Benua India dan perbatasan Cina. Sementara dibagian Utara meliputi Aleppo, Asia kecil, Cesnia, dan Armenia sampai Timur Laut. Dan dibagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara sampai Semenanjung Iberia, serta kepulauan di Laut Lengah.
Disamping itu juga banyak kemajuan dalam bidang kebudayaan dan sosial. Diantara usaha yang menyangkut bidang sosial dan kebudayaan antara lain :
a.       Mendirikan Rumah Ssakit
b.      Orang buta, lumpuh, gila, lansia, dan wanita yang ditinggal mati suaminya dimedan perang dapat jaminan hidup secara gratis dari Negara
c.       Khalifah juga pencinta seni dan sastra serta puisi, dan untuk mengkaji Al-Qur’an dan Hadits dibangun pusat-pusat kajian Islam
d.      Membangun masjid, diantaranya masjid Al-Haram
e.       Membangun “Hujrah” makam Nabi Muhammad saw
f.       Khalifah ini dinilai sebagai khalifah yang merakyat, sehingga banyak madrasah dan sekolah kedokteran dibangunnya.

  1. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101H / 717-720 M)
Khalifah ini terkenal dengan keadilannya dalam menjalankan pemerintahan. Ia mempunyai pribadi seperti Umar Ibn Khatab ( ia cucunya Umar). diantara sifat-sifat terpuji umar Ibn Abdul Aziz yakni sopan, adil, sederhana, bertakwa kepada Allah swt, sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dari pada politik, lebih mementingkan persatuan umat islam dari pada golongan, penyiaran islam dengan cara damai dan berbuat adil terhadap semua pihak.
Usahanya dalam proses penyebaran islam dilakukan dengan mengirim para Mubaligh ke India, Turki, dan Barbar di Afrika Utara dan menyetop usaha pengepungan Konstaninopel dan para Tentara diperintahkan untuk kembali ke markas masing-masing. Disamping itu, ia juga mengirim selembaran tentang islam dan ilmu pengetahuan kepada para Gubernur. Dan yang lebih penting usahanya dalan system pemerintahan ialah mengembalikan semua system kepada ajaran islam dan sebelum menjadi pemimpin ia pernah menawarkan kepada rakyat untuk menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin.

  1. Hisyam Ibn Abdul malik ( 105-125 H / 724-743 M)
Diantara usaha-usaha ynag dilakukan Hisyam yakni membangun pabrik senjata, mendirikan perusahaan kain sutera yang halus, menggali beberapa terusan untuk kepentingan irigasi dan membangun pacuan kuda.

C.     Perluasan wilayah pada masa Dinasti Umayyah
Masa pemerintahan Dinasti Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, yang mana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan dan penaklukannya yang terjadi sejak zaman kedua Khulafaurasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam. Yang mana meliputi Spanyol, seluruh Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriah, Palestina, separoh daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan yang termasuk Suvyet Rusia.
Penaklukan militer di zaman umayyah mencakup tiga fron penting, yaitu: (Dr.Ali Mufradi,1996 :80-81)
·         Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke Ibu kota Konstantinopel dan penyerangan kepulau-pulau di Laut Tengah.
·         Kedua, front Afrika  Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyeberangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.
·         Ketiga, front Timur menghadapi wilayah yang amat luas sehingga operasi ke jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Amu Dariyah). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusun Sind, wilayah India bagian Barat.
Saat-saat yang paling mengesankan dam ekspansi ini ialah terjadi pada paroh pertama dari seluruh masa Kekhalifahan Dinasti Umayyah, yaitu ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyah Ibn Abi Soffan dan tahun-tahun terakhir dari zaman kekuasaan Abdul Malik, yang kemudian dilanjutkan oleh putranya khalifah al-Walid I. di luar masa-masa itu, usaha penaklukan mengalami degradasi atau hany mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat tipis.
                  Pada masa Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok ialah keberaniannya mengepung kota konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu meduduki pulau-pulau di laut tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award yang tidak jauh dari Ibu Kota Romawi timur. Di belahan timur Muawiyah berhasil menaklukan Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan.
                  Ekspansi ketimur yang telah dirintis oleh Muawiyah lalu disempurnakan oleh Khalifah Abdul malik. Dibawah komando Gubernur Irak Hajjaj Ibn Yusuf, tentara kaum muslimin menyeberangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara,Khawarizm,Ferghana dan Samarkand. Pasukan Islam juga melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan. Islam menancapkan kakinya untuk pertama kalinya di bumi India. (Harun Nasution, 1979:62)
                  Kemudian tiba masa kekuasaan Al-Walid I yang disebut-sebut sebagai “masa kemenangan yang luas”. Pengepungan yang gagal atas kota konsttantinopel di zaman Muawiyah, dihidupkan kembali dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukan ibu kota Romawi tetap saja belum berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan islam lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan Romawi di Mar’asy dan ‘Amuriyah.
                  Prestasi yang lebih besar dicapai oleh al-Walid I ialah di front Afrika Utara dan sekitarnya. Setelah segenap tanah Afrika bagian Utara diduduki, pasukan muslim dibawah pimpinan Tariq Ibn Ziyad menyeberangi selat Gibraltar masuk ke Spanyol. Lalu Ibu kotanya, Cordova, segera dapat direbut, menyusul kemudian kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Gubernur Musa Ibn Nusair kemudian menyempurnakan penaklukan atas tanah Eropa ini dengan menyisir kaki pegunungan Pyrenia dan menyeberang Carolingian Perancis.    

D.    Runtuhnya Pemerintahan Dinasti Umayyah
Kebesaran yang telah diraih oleh Dinasti Umayyah ternyata tidak mampu  manahan kehancurannya. Faktor-faktor yang menyabakan kelemahan dan kehancuran di Dinasti Umayyah antara lain: [9]
1.      System pergantian khalifah melalui garis keturunan menyebabkan persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
2.      Latar belakang terbentuk Dinasti Umayyah tidak bisa dipisahkan oleh konflik-konflik politik dimasa ‘Ali
3.      Pertentangan etnis antara Bani Qays (Suku Arabia Utara) dan Bani Kald (Arabia Selatan) makin meruncing
4.      Sikap hidup mewah dilingkungan istana
5.      Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas Ibn Abd Al-Muthalib. Golongan ini mendapat dukungan penuh dari bani Hasyim dan Golongan syi’ah serta kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerinyah Umayyah.
Adapun hal-hal yang membawa kejatuhan Bani umayyah dapat didefinisikan antara lain:[10]
  1. Pertentang keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariah) yang berdiam di wilayah Suria
  2. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab
  3. Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dengan konflik-konfli politik
Jelaslah bahwa runtuhnya kekuasaan bani umayyah yakni kekuasaan yang sangat luas dalam waktu yang singkat tidak berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang suatu wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidak segera diketahui oleh pusat. Akibat komunikasi yang buruk, maka sulit untuk mendeteksi gerak-gerik lawan politik Umayyah. Selanjutnya adalah mengenai lemahnya para khalifah. Diantara 14 khalifah dari Dinasti Umayyah hanya dan beberapa khalifah saja yang kuat dan pandai mengandalikan Negara. 

E.     Bentuk Peninggalan-Peninggalan Dinasti Umayyah
Pada masa Dinasti Umayyah pembangunan fisik juga mendapatkan perhatian yang besar. Adapun peninggalan bersejarah Dinasti Umayyah antara lain :
1.      Masjid Al-Haram
2.      “Hujarah” makam Nabi Muhammad SAW
3.      Mengubah Katedral St. Jhon di Damaskus menjadi Masjid
4.      Menggunakan katedral Hims sebagai gereja sekaligus masjid
5.      Merenovasi Masjid Nabawi
6.      Membangun istana Qusayr Amrah dan istana al-Musatta yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir

F.      Perbandingan bentuk kepemimpinan Dinasti Umayyah dengan bentuk kepemimpinan sebelumnya
Perbandingan kepemimpinan Dinasti Umayyah dengan kepemimpinan sebelumnya atau ketika kepemimpinan Khulafaurasyidin yakni :
1.      Pada masa kepemimpinan Khulafaurasyidin pemimpin Negara dipilih melalui cara yang Demokratis, yang mana pemimpin dipilih langsung oleh rakyat. Bentuk pemerintahan yang DEMOKRATIS ini lebih baik dari bentuk pemerintahan yang secara turun temurun karena setiap orang yang memilki potensi kepemimpinan bisa memiliki kesempatan menjadi seorang pemimpin.
2.      Sedangkan kepemimpinan Dinasti Umayyah ini mencontoh system pemerintahan kerajaan Bizantium dan system pemerintahan kekaisaran Persia yakni bentuk pemerintahan yang MONARKO ABSOLUT, yang mana pemimpin Negara dipilih secara turun-temurun  (diwariskan). Dan tidak lagi dilakukan dengan pemilihan secara Demokratis.

G.     Hikmah mempelajari Dinasti Umayyah
Tentulah banyak hikamah yang dapat kita petik dari mempelajari Dinasti Umayyah, antara lain :
1.      Dengan mempelajari Dinasti Umayyah, kita dapat mengetahui masa kekuasaan Dinasti Umayyah, bagaimana para khalifah yang menjabat pada masa itu, dan kita bida mngetahui peninggalan-peninggalan yang masih tersisa sampai pada saat ini
2.      Kita dapat mengambil hal-hal positif yang diwarisi sejarah kepada kita, seperti dalam Dinasti Umayyah ini, bentuk kekuasaan yang monarki mengandung unsur negativ dan positif.
3.      Setelah kita mempelajari para khalifah Dinasti Umayyah, kita dapat memilah mana sifat dan sikap para khalifah yang patut dicontoh atau pun yang tidak patut dicontoh, seperti Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz (90-101 H0717-720 M) beliau terkenal dengan keadilannya dalam menjalankan pemerintahan dan beliau pun memiliki sifat yang patut dicontoh lainnya yakni sopan, adil, sederhana, bertaqwa kepada Allah SAW,sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama dibandingkan urusan polotikmementingkan persatuan serta mencintai kedamaian. Dan para khalifah lainnya juga tentu memiliki sifat yang patut kita tiru.
4.      Dan dengan kita mempelajari Dinasti Umayyah ini maka kita tidak melupakan sejarah. Kita tidak mungkin terlepas dari sejarah sebab kita selalu berorientasi pada masa lampau.


























KESIMPULAN

Dinasti Bani Umayyah merupakan masa kekerajaan, dimana pada waktu itu merupakan masa pemerintahan kerajaan pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin. Nama daulah Bani Umayyah diambil darai nama seorang pemimpin dari kabilah-kabilah quraisy pada zaman jahilliyah, yaitu diambil dari nama Umayyah Ibn Abdi Syams Ibn Abd Manaf.  Pendiri Bani Umayyah yakni Muawiyah Ibn Abi Soffan Ibn Harb Ibn Umaiyah.
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu Abad, tepatnya selama 90 tahun (661-750 M / 41-132 H). dan selama pemerintahan Bani Umayyah telah berkuasa sebanyak 14 Khalifah. Para khalifah itu ialah :
    1. Muawiyah Ibn Abi soffan (41-60 H / 661-680 M)
    2. Yazid Ibn Muawiyah (60-64 H / 680-683 M)
    3. Muawiyah Ibn Yazid (64-64 H / 683-683 M)
    4. Marwan Ibn Hakam (64-65 H / 683-685 M)
    5. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H / 685-705 M)
    6. Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H / 705-715 M)
    7. Sulaiman Ibn Abdul Malik ( 96-99 H / 715-717 M)
    8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H /  717-720 M)
    9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H / 720-724 M )
    10. Hasyim Ibn Abdul Malik (105-125 H / 724-743 M)
    11. Walid Ibn Yazid (125-126 H / 743-744 M)
    12. Yazid Ibn Walid (126-127 H / 744-745 M)
    13. Ibrahim Ibn Walid (127-127 H / 744-745 M)
    14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H / 745-750 M)
Dengan adanya peninggalan-peninggalan yang masih tersisa, bukti-bukti peninggalan tersebut menunjukkan bahwa pada masa Dinasti Umayyah umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Hal itulah yang menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini.



DAFTAR PUSTAKA
Mufrodi, ali . 1996 . Islam Dikawasan Kebudayaan Arab. Logos . Surabaya
Murodi . 1995. Sejarah Kebudayaan Islam . PT karya toha putra . semarang
Nasution Harun.1979.Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid I.UI Press:Jakarta
Sunanto , musyifah 2003 . Sejarah Islam Klasik. Perdana Media , Jakarta
Syalabi , a . 2003 . Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Pustaka Al- Husna Baru . Jakarta
Yatim , badri . 2003 . Sejarah Peradaban Islam . PT raja grafindo persada . jakata






















[1] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 2, 2003, Pustaka Al-Husna Baru, Jakarta, hal 21.
[2] Dr.Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, 1996, Logos, Surabaya, hal 73.
[3] Drs.Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, 1995, PT. Karya  Toha Putra, Semarang, hal 9.
[4] Ibid, hal 73.
[5] Drs Muradi,Ibid, hal 9.
[6] Prof.Dr.A.Syalabi,Ibid, hal 23.
[7] Drs.Muradi,Ibid, hal 9
[8] Ibid, hal 69
[9] Dr.Badri Yatim,MA. Sejarah Peradaban Islam, 2003, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 49.
[10] Ibid, hal 84. 

1 komentar: