Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Juni 2012

dinasti bani umayyah


BAB I
PENDAHULUAN
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibnu Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya, Hal ini berbeda dengan masa khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun).
Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani umayyah yang lebih mengutamakan pada pembangunan kekuatan pemerintahan/ politik yang cendrung otoriter. Umayyah berkuasa kurang lebih selama 90 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid. Untuk lebih jelasnya marilah kita memasuki pembahasan pada makalah ini.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    DINAMIKA PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH DI DAMASKUS DAN SPANYOL
Dinasti bani umayyah merupakan dinasti islam pertama yang didirikan oleh muawiyah bin abi sufyan pada tahun 41 H/ 661 M. Berdirinya dinasti ini mengalami proses perjalanan yang cukup panjang, sejak dari keinginan muawiyah bin Abi Sufyan menjadi gubernur di Damaskus hingga ia memperoleh kekuasaan dari al-Hasan bin Ali. Selama masa pemerintahan dinasti ini, banyak perkembangan yang terjadi di dalam dunia islam mulai dari perkembangan politik pemerintahan, ekspansi wilayah, kemajuan ilmu pengetahuan agama dan lain-lainnya. Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Secara garis keturunan bani umayah memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad saw. Karena keduanya merupakan keturunan Abdi Manaf. Anak Abdi Manaf yaitu Abdi Syam dan Hasyim menjadi tokoh dan pemimpin pada dua kabilah dari suku quraisy. Anak Abdi Syam yang bernama umayah termasuk salah seorang dari pemimpin dari kabilah Quraisy di zaman jahiliah. Keduanya senan tiasa bersaing untuk merebut pengaruh dan kehormatan dari kota makkah. Dalam setiap bersaing, ternyata umayah selalu menjadi yang unggul. Karena umayah berasal dari bangsa bangsawan yang mempunyai harta kekayaan yang cukup melimpah. Selain itu ia mimang mempunyai banyak keturunan, dan memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemimpin.
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib dilanjutkan kembali oleh daulah ini. Di zaman Muawiyah Ibn Abu Sufyan, Tunisia dapat ditaklukkan. Dan pada akhirnya sampailah kepada dimana dinasti Bani Umayyah berhasil mengokohkan kekhilafahan di Damascus, masa dinasti Bani umayyah berkisar sekitar selama 90 tahun (661-750). Dimana saat itu terjadi Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus menandai era baru. Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai bapak pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya. Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib.
Pada periode klasik baru  pertama - masa kemajuan – (650-1000M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara (Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru bagi Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal dari suku yang menaklukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam).
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715M), salah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Ada tiga nama yang sering disebut berjasa dalam penaklukan Spanyol, yaitu Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad. Dari ketiga nama tersebut, nama terakhirlah yang sering disebut paling terkenal, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar (muslim dari Afrika Utara) yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Al-Walid. Pasukannya yang berjumlah 7000 orang menyeberang selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dapat ditaklukkan. Cordova jatuh pada tahun 711 M. dari sana, wilayah-wilayah Spanyol, seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada dapat dikuasai dengan mudah.
Sukses Thariq bin Ziyad di masa Al-Walid (Daulat Umayyah-Damaskus) diikuti oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat Umayyah-Spanyol), yang berusaha menata sistem pemerintahan. Ia melihat masyarakat Spanyol adalah masyarakat heterogen, baik berdasarkan strata sosial, suku, ras, maupun agama. Dia memiliki tentara yang terorganisir dengan baik yang jumlahnya tidak kurang dari 40.000 tentara bayaran Barbar dan juga membangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan lain yang dilakukannya adalah mendirikan mesjid agung Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol, dari sinilah berawalnya pendidikan islam di spanyol dalam masa pemerintahan bani umayah
Meskipun keberhasilan dicapai oleh daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Karena Muawiyah dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan al-Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah Ibn Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah ( para pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh al-Husein ibn Ali . Pada tahun 680 M, ia berangkat dari Mekkah ke Kufah atas tipu daya golongan Syi’ah yang ada di Irak. Ummat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka berusaha menghasut dan mengangkat al-Husein sebagai khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karballa, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara dan seluruh keluarga Husein kalah dan al-Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di Karballa. Dan terus berlanjut.
B.      Pendidikan-Pendidikan  Pada Masa Bani Umayyah
Pendidikan pada masa ini di damaskus, kufah, barsah, dan ditambah dengan pusat-pusat baru seperti kordofa, Granada, spanyol, dan lain se3bagainya. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Pada masa ini banyak materi-materi yang berkembang dalam ilmu pengetahuan diantaranya:
a.       Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur’an. Orang yang pandai membaca Al-Qur’an disebut Qurra. Dan pada zaman ini pula yang memunculkan tujuh macam bacaan Al-Qur’an yang dikenal dengan “Qiraat tujuh” yang kemudian ditetapkan menjadi sebagai dasar bacaan (Ushulul Lil Qira’ah). Para pelopor bacaan ini terdiri dari kaum malawy diataranya: Abdullah Bin Katsir, Ashim Bin Abu Nujud, Abdullah Bin Amir, Ali Bin Hamzah, dan lain sebagainya.
b.      Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran terhadap penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan untuk menghasilkan hukum  undang-undang. Ahli tafsir yang pertama yaitu ibnu abbas, seorang sahabat yang terkenal pada masanya, beliau wafat pada tahun 68 H. menurut riwayat yang mutaawatir beliau merupakan orang yang pertama menafsirkan Al-Qur’an dengan cara riwayat dan isnad. Namun selain itu ada juga ahli tafsir yang lain, diantaranya: mujahid yang wafat pada tahun 109 H. dan ulama’ syi’ah yaitu Muhammad Al-baqir bin Ali Bin Husain.
c.       Ilmu Hadist yaitu ilmu  yang membantu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Karena terdapat banyak hadist maka timbullah usaha untuk mencari riwayat dan sanad hadist yang akhirnya menjadi ilmu hadist dengan segala cabang-cabangnya.
Adapun para ahli hadist pada zaman itu adalah:
1.      Abu Bakar Bin Muhammad Bin Ubaidillah Bin Zihab AZ-Zuhkri (W. 123 H.)
2.      Ibnu Abi Malikiah, yaitu Abdullah Bin Abi Malikiah (W. 119 H.) Pada masa khollifah Umar Bin Abdul Aziz barulah hadist dibukukan yang di rintis oleh Ibnu Zihab Az-Zukhri, dan yang kemudian disusul oleh ulama’-ulama’ yang lain.
d.      Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada ayat-ayat yang terdapat pada Al-Qur’an. Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya yang ada pada sekarang ialah Abu Aswad Ad-Dauly (W. 69 H). beliau belajar dari Ali Bin Abi Tholib, segingga ada salah satu ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali Bin Abi Tholib adalah bapak Ilmu Nahwu.
Dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang berkembang pada masa dinasti bani umayyah, seperti ilmu bintang/astronomi, ilmu kedokteran, dan lain sebagainya.
Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah peradaban Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi pada dua bagian atau tingkatan, yaitu:
1.      Kuttab, pada lembaga pendidikan kuttab para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-pelajaran yang meliputi fiqih, bahasa dan sastra, serta music dan kesenian.
a.       Fiqih,
Dalam bidang fiqih, karena Islam di spanyol menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab imam Maliki. Para ulama yang memperkenalkan mazhab ini antara lain Ziyad ibn Abd Al-Rahman, perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya diantaranya Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal. Para siswa di kuttab-kuttab tersebut mendapatkan materi fiqih cukup lengkap dan komprehensif dari ulama-ulama tersebut yang kompeten pada disiplin ilmunya.
b.      Bahasa dan Sastra
Karena bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam maupun non Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tata bahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab alfiyah, Ibn Sayyidin, Ibnu Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Garnathi.
c.       Musik dan kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Spanyol. Pada dasarnya sya’ir Spanyol didasarkan pada model-model sya’ir Arab membangkitkan sintimen prajurit dan interes faksional para penakluk Arab. Dalam bidang musik dan seni, Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat terkenal, yaitu al-Hasan ibn Nafi dikenal dengan julukan Ziryab (789-857). Setiap kali ada pertemuan dan perjamuan di Cardova, Ziryab selalumempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada budak-budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
2.      Pendidikan Tinggi
Masyarakat Arab yang berada di Spanyol merupakan pelopor peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara pertengahan abad kedelapan sampai dengan akhir abad ketigabelas. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan Islam dapat ditranmisikan ke Eropa. Bani Umayyah yang berada di bawah kekuasaan al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan banyak sekali penghargaan kepada para sarjana. Ia telah membangun Universitas Cardova berdampingan dengan mesjid Abdurrahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang terkenal diantara jajaran lembaga pendidikan tinggi lainnya di dunia. Universitas ini menandingi dua universitas lainnya, yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizamiyah di Baghdad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol, tetapi juga dari tempat lain seperti dari negara-negara Eropa, Afrika dan Asia.
 Di antara para ulama yang bertugas di Universitas Cardova adalah Ibnu Quthaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu Ali Qali yang dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar empat juta buku. Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi astronomi, matematika, kedokteran, teologi dan hukum. Jumlah muridnya mencapai seribu orang. Selain itu juga di Spanyol terdapat Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Mata kuliah yang diberikan di universitas-universitas tersebut meliputi teologi, hukum Islam, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Sebagai prasasti pada pintu gerbang universitas yang disebutkan terakhir ditulis sebagai berikut: Dunia ini ditopang oleh empat hal, yaitu pengajaran tentang kebijaksanaan, keadilan dari penguasa, ibadah dari orang-orang yang saleh dan keberanian yang pantang menyerah
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu diantaranya terdapatlah pada masa priode kholifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dan periode ini merupakan periode yang pertama yaitu pada tahun 711-755 M. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat bani Umayyah di Damaskus

BAB III
KESIMPULAN
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufiyan. Yang kemudian berkembang jadi pesat dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a. Belajar membaca dan menulis.
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya.
c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadis dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa bani umayyah di mulai dengn pengangkatan muawiyah sebagai kholifah/gubenor di damaskus, yang dilakukan dengan cara yang tidak demokratis pada tahun 41 H/661 M.walaupun demikian,pada masanya  yang  dengan pesat berkembang dalam berbagai bidang, diantaranya:
a.       Belajar membaca dan menulis
b.      Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c.       Belajar pokok-pokok agama islam.
Dan ilmu-ilmu tingkatan yang lebih tinggi, diantaranya:
a.       Belajar Al-Qur’an dan tafsirnya.
b.      Belajar hadist dan mengumpulkannya.
c.       Belajar fiqih (tarsi’).
 selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan dengan cara monorchiheridetis (kerajaan turun menurun) yang berlangsung kurang lebih 90 tahun. Banyak pristiwa penting yang terjadi pada masa itu, diantaranya: deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota sehingga menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara yang sering terjadi, bahkan berlanjutan. Sampai  menyebabkan terbunuhnya Husein bin Ali di karbala pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.




DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I, Jakarta: UI Press, 1978,

 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, Raja Jakarta: Grafindo Persada, 2003.
Armstrong, Karen. Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta: Jendela.2003
Prof. K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Modern), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Edisi I, Cetakan Keempat, h. 456.
Dr. H. Murodi, MA, sejarah kebudayaan islam, Jakarta: PT. Karya Toha Putra 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar