Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 Juni 2012

Amanah


PERINTAH MENYAMPAIKAN AMANAH

A.    Pendahuluan
Amanah merupakan suatu hal yang sangat luas yang di bebankan atau dipercayakan kepada seseorang hamba. Amanah ini mencakup hak-hak Allah, seperti berbagai macam kewajiban. Juga mencakup hak-hak seorang hamba, seperti barang-barang yang dititipkan. Oleh karena itu seorang hamba berkewajiban untuk menjaga dan memelihara dengan sebaik-baiknya. Serta harus mengembalikan barang titipan tersebut kepada pemiliknya.
Adapun yang melatar belakangi timbulnya perintah untuk melaksanakan amanah yang terkandung dalam surat an-Nisa’ ayat 58, seperti yang telah diriwatkan Ibnu Abbas ketika Rasulullah memasuki kota Mekah, ditempat tersebut terjadi sebuah peristiwa yang mana ketika itu Nabi Saw ingin melaksanakan ibadah di Ka’bah serta Ali pun juga ikut bersama Nabi Saw, Usman Bin Thalhah selaku penjaga sekaligus pemegang kunci Ka’bah tidak mengizinkan Nabi Saw dan Ali untuk melaksanakan ibadah di Ka’bah karan hanya ingin melaksanakan amanah yang diembannya.
Inti dari riwayat di atas adalah bahwa amanah sangatlah penting untuk dijaga, dipelihara dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan.[1] Dari peristiwa itulah Usman Bin Thalhah mendapatkan sebuah ilham dan kemudian Usman Bin Thalhah beserta anak-anaknya masuk islam.[2]
Adapun yang menjadi persoalan dan pertanyaan pada surah an-Nisa’ ayat 58 tersebut adalah :
1.      Seperti apa definisi dari amanah ?
2.      Bagimana konsekuensi amanah jika tidak diaksanakan?
3.      Dan seperti apakah macam-macam amanah yang diemban oleh manusia?
B.     Definisi Amanah
Adapun pengertian amanah menurut Syekh Muhammad Al-Ghazali sangatlah beragam, ada yang mempunyai makna kongkrit dan ada yang mempunyai makna astrak, yang pada intinya sama-sama menjaga hak-hak Allah. Seorang hamba yang tidak bisa menjalankan atau melaksanakan amanah maka tidak ada keimanan dalam dirinya, dan seorang hamba yang tidak bisa menepati janjinya maka ia tidak mempunyai agama.[3]
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi pengertian amanah secara terminologi adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.[4]
Menurut Surin Bachtiar amanah adalah sesuatu yang diterima kemudian dijaga dengan baik lalu diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Seseorang yang bisa melaksanakan amanah ini dengan baik dinamakan orang yang jujur, sedangkan orang yang tidak bisa menjaga amanah dengan baik dinamakan orang yang berkhianat.[5]
Menurut Muhammad Abduh amanah adalah  menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa. Amanah merupakan hak bagi orang yang memlikul beban yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikannya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.[6]
Menuurut Quraish Shihab amanah merupakan asas keimanan seperti yang telah disabdakan Nabi Saw bahwa “tidak ada iman bagi yang tidak memiliki amanah” jadi seseorang tidak dianggap beriman kalau mereka tidak bisa melaksanakan sebuah amanah. Sebuh amanah memerlukan kepercayaan dan kepercayaan tersebut akan memberikan sebuah ketenangan batin dan imbasnya akan melahirkan sebuah keyakinan. Amanah tidak hanya bersifat material akan tetapi juga ada yang bersifat material yang pada intinya amanah tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah.[7]
Menurut Sayid Quthb menunaikan amanah terhadap yang berhak menerimanya merupakan sebuah akhlak, sedangkan amanah yang paling besar adalah amanah yang dihubungkan Allah dengan manusia, yang bumi, langit dan gunung-gunung tidak mau dan takut memikulnya akan tetapi hanya manusialah yang sanggup memikulnya, sedangkan fitrah amanah fitrah manusia yang spesifik aialah meliputi amanah hidayah, makrifah, dan iman serta bersunggu-sungguh.[8]
Menurut H.Oemar Bakry amanah disebut juga sebagai tanggung jawab yaitu apabila sebuah negara seyogyanya harus ditanamkan rasa tanggung jawab semaksimal mungkin kedalam dada setiap orang, denga ditanamkannya ras tanggung jawab maka orang tersebut dapat melaksanakan amanahnya dengan baik, serta harus pula ditanamkan rasa iman dan takwa kepada Allah supaya tidak tergelincir dari tindakan yang kurang baik termasuk perbuatan manusia itu sendiri, sehingga orang tersebut dapat mengontrol dirinya serta ketakwaannya, karena iman dan takwa sangatlah berkesan dibandingkan aturan-aturan tersebut. Apabila tanggung jawab tersebut dapat dirasakan sebagai suatu kewajiban dari Allah serta diiringai dengan sebuah aturan-aturan, maka kan terbentuklah suasana yang aman dan tentram serta terhindar dari penyelewengan, maka akan tercapailah sebuah keadian dan kemakmuran.[9]
Dari sekian banyak pengertian amanah yang telah disebutka di atas dan yang menjadi inti dari pengertian amanah dalam ayat 58 surat An-Nisa’ bahwa amanah adalah perintah Allah yang harus dilaksanakan, dijaga, dan dipelihara secara maksimal. Amanah merupakan sebuah titipan yang harus dilaksanakan, dijaga, dan dipelihara dengan baik. Amanah yang diberikan Allah kepada kita jangan sekali-kali dilalaikan, hendakalah amanah tersebut diindahkan, diperhatikan, dan diimplementasikan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[10] Segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia dan diperintahkan untuk dikerjakan. Dalam ayat ini Allah memerintahkan hambanya untuk menyampaikan amanat secara sempurna, utuh tanpa menunda-nundanya kepada yang berhak. Amanat itu mencakup perwalian, harta benda, rahasia, dan perintah yang hanya diketahui oleh Allah.
Perintah menyampaikan amanah juga terdapat pada surat Al-Mu’minun: 8, yang artinya “ Dan orang-orang yang memelihara amanat yang dipikulnya dan janjinya”[11] di dalam Tafsir Al-Mishbah kandungan pada ayat tersebut amanah mempunyai beragam arti serta beragam pula rinciannya, diantaranya : amanah antara manusia dengan Allah, antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, setiap nikmat yang dianugrahkan Allah kepada manusia adalah amanah yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya.[12] Dari ayat tersebut terlihat adanya petunjuk bahwa menunaikan amanah merupakan salah satu sifat orang Mukmin. Hal itu menunjukkan perintah menunaikan amanah tersebut bersifat tegas dan oleh karena itu menunaikan amanah adalah wajib. Sebaliknya, larangan mengkhianati amanah merupakan larangan yang bersifat tegas sehingga hukumnya haram.
Di dalam ayat yang lain Allah juga menjelaskan tentang amanah seperti yang terkandung dalam surat Al-Azhab ayat 72 yang berbunyi : “Sesungguhnya Kami telah mengembankan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, namun semuanya tidak bersedia, karena takut mengkhianatinya, lalu amanat itu diterima oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim lagi sangat bodoh”.[13]  Allah memberikan alternatif kepada langit, bumi, dan gunung-gunung menjalankan amanah yang diberikan Allah akan tetapi mereka mereka menolaknya, dan hanya manusia yang sanggup menerima amanah dari Allah, dan barang siapa yang menjalankan amanah tersebut akan mendapatkan pahala dan apabila tidak bisa melaksanakan amanah tersebut akan mendapat hukumannya, karena setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti ada konsekuensinya. Hal itu harus menjadi titik tolak kita, bahwa salah satu karakteristik untuk membangun masyarakat muslimin adalah orang-orang yang selalu memelihara amanah yang diberikan Allah kepada manusia. Sayangnya, kebanyakan kaum muslim sekarang ini telah enggan, bahkan acuh terhadap amanahnya.
Di dalam surah al-Anfal perintah menyampaikan amanah juga dijelaskan seperti pada ayat 27 yang berbunyi : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlaj kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanh-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.[14]
Pada ayat tersebut Allah memberikan seruan terhadap kaum muslim supaya mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Seperti mengabaikan kewajiban-kewajiban yang seharusnya mereka kerjakan, serta melanggar larangan-larangannya, seperti yang telah ditentukan dengan perantara wahyu. Dan tidak menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepada manusia, seperti mengabaikan segala berbagai macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, contohnya : urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan tata tertib hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, Allah melarang kaum muslimin mengkhianati amanah, karena, apabila amanah sudah tidak dipelihara maka imbasnya adalah hilanglah kepercayaannya. Khianat merupakan sifat dari orang orang-munafik, sedangkan amanah merupaakan sifat-sifat orang mukmin.
Inti dari ayat tersebut Allah menegaskan bahwa bahaya akan menimpa masyarakat dikarenakan mereka mengkhianati amanah yang telah yang diketahuinya. Oleh sebab itu, orang mukmin harus menjauhi sifat khianat agar tehindar dari sifat nifak yang bisa mengurangi iman.[15] Seperti hadis yang diriwatkan Anas bin Malik yang artinya “ Rasulullah Saw pada setiap khutbahnya bersabda : tidak beriman orang yang tidak dapat dipercaya, dan tidak beragama orang yang tak dapat dipercaya.[16]
Di dalam sebuah hadis yang diriwatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah yang juga berkaitan dengan perintah menyampaikan amanah yang artinya ; "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu".[17]
C.    Konsekuensi Amanah
Sebagaiman hadis yang diriwatkan oleh Bukhari dan Ahmad dari Abu Hurirah yang artinya : "Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam sebuah majelis (dan) berbicara dengan sekelompok orang, datanglah kepadanya seorang sahabat (dari sebuah perkampungan) dan berkata, “Kapankah hari kiamat?”. Namun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang ada yang berkata, “Ia (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ) mendengar ucapannya, namun ia tidak menyukainya”. Dan sebagian yang lain berkata: “Bahkan beliau tidak mendengarnya,” hingga akhirnya Rasulullah selesai dari pembicaraannya, dan beliau pun bersabda, “Mana orang yang (tadi) bertanya?” Orang itu berkata,"Inilah saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Orang itu kembali bertanya,"Bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?" Rasulullah bersabda,"Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!"[18]
D.    Macam-Macam Amanah
Ada berbagai macam bentuk amanah menurut para Mufassir terutama yang terkandung dalam surat an-Nisa’ ayat 58, berikut akan saya tulis dan saya jelaskan macam-macam amanah menurut para Mufassir diantaranya :
1)      Amanah Allah terhadap hambanya yaitu seorang hamba harus menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarangnya, misalnya : shalat, puasa, zakat, haji, shadaqah, dan lain sebagainya. Serta menjadikannya menuju jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2)      Amanah seorang hamba terhadap sesamanya yaitu misalkan seorang hamba dititipkan sebuah barang yang harus dilaksanakan seorang hamba tersebut adalah menjaga dan memelihara barang tersebut, kemudin mengembalikan barang titipn tersebut dalam keadaan utuh dan tidak kekurangan sedikitpun terhadap barang titipan tersebut.
3)      Amanah terhadap diri sendiri yaitu selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri baik untuk dunianya ataupun agama, serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan dan membahayakan dirinya untuk dunia dak akhiratnya.[19]
4)      Amanah Syahadah yaitu persaksian terhadap agama islam yang ada di dalam jiwa, lang yang utama dalam amanah Syahadah yang harus dilakukan adalah sebuah usaha sehingga menjadi realita bagi manusia, sedangkan realita ada dalam jiwa menjadi sebuah gambarn iman bagi manusia dan iman akan membentuk jiwa menjadi teladan yang sempurna dalam berakhlak. Iman merupakan persaksian terhadap agama islam dalam jiwa, serta juga dapat berpengaruh bagi orang lain. Jadi, amanah Syahadah merupakan suatau usaha dan jihad untuk meneguhkan iman manusi.
5)      Amanah dalam bermuammalah yaitu aturan-aturan dalam menata antar hubungan manusia misalnya : berupa titipan materi, kesetiaan rakyat kepada pemimpin, kesetiaan pemimpin kepada rakyat. Jadi, amanah dalam bermuammalah ini saling menjaga kepercayaan antara sesama manusia.[20]
6)      Amanah mengamalkan kitab suci yaitu amanah yang harus dilaksanakan sesuai dengan apa yang ada dalam al-Qur’a karena Allah sebagai yang menuntun dan memerintah, agar manusia berusaha melaksanakan amanah secara sempurna dan tepat waktu.[21]
7)      Amanah Fitrah yaitu Allah menjadikan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Allah swt berfirman dalam surah (Al-A’raf: 172) yang artinya : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).[22] Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada dalam kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan penyakit-penyakit hati. Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran.
8)      Amanah Taklif Syar’i yaitu amanah yang diembankan oleh syari’at. Allah swt. telah menjadikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepada-Nya. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajiban-kewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum), maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang kepada kalian dan bukan karena lupa.” (hadits shahih)[23]
9)      Amanah menjadi bukti keindahan Islam yaitu setiap muslim mendapat amanah untuk menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (Hadits shahih)[24]
10)  Amanah Dakwah yaitu selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim memikul amanah untuk menyeru manusia kepada Islam itu. Ia akan terus berusaha untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-Nya: “Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.” (An-Nahl: 125).[25] Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan usaha Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan dengan dunia dan segala isinya.” (al-hadits)[26]
11)  Amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi yaitu tujuannya agar manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah yang satu ini, Allah Swt Menegaskan dalam surah Asy-Syura: 13 yang artinya: “Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.”[27]
12)  Amanah Tafaqquh Fiddin (Mendalami Agama) yaitu untuk dapat menunaikan kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam. Sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122 yang artinya “Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.”[28]









E.     Kesimpulan
Dari berbagai macam definisi dari amanah baik itu antar ayat dengan ayat lainnya dapat kita ambil inti daripada pengertian amanah dari masing-masing ayat-ayat yang telah dipaparkan di atas yaitu dapat melaksanakan amanah sesuai dengan syariat Islam. Akan tetapi, alangkah baiknya kalau kita dapat mengetahui dan memahami arti amanah itu secara umum dan spesifik. Maka, dengan melalui ilmu tafsir kita bisa mengetahui secara terperinci arati dari pada amanah itu sendiri. Amanah merupakan sebuah landansan etika dan moral karena apabila amanah itu sudah dilaksanakan maka akan kita rasakan sebuah kedamaian dan kepercayaan anatar sesama.   
Bicara soal menyampaikan perintah amanah tentu ada konsekuensi jikalau amanah itu sendiri tidak dilaksanakan dan tentulah konsekuensi itu sangatlah besar karena kalau kita perhatikan surah al-Azhab ayat 27; langit, bumi dan gunung tidak sanggup mengemban amanah yang ditawakan Allah, sedangkan manusia sanggup mengemban amanah tersebut. Kalau kita fikir-fikir langit, bumi, dan gunung-gunung yang mempunyai bentuk fisik yang sangat kuat tidak sanggup mengembannya karena saking besarnya konsekuensi amanah dan balasannya pasti sangatlah besar dihari kiamat nanti. 
Adapun dari macam-macam amanah yang dapat kita ambil inti sarinya adalah bagaimana kita bisa melaksanakan amanah itu sendiri baik itu amanah yang diperintahkan Allah kepada manusia ataupun amanah antara sesama manusia.



[1] Dikutip dari Dasuki Hafizh, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta : 1990
[2] Dikutip dariAl-Qhadi Nashiruddin Abi Said Abdullah, Tafsir Baidawi, Darul Kitab ‘Alamiah, Bayrut:1988
[3] Dikutip dari Muhammad Al-Ghazali, Tafsir Al-Ghazali, Islamika, Yogyakarta :2004
[4] Dikutip dari Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Jilid 2, Dar al-Fikr
[5] Dikutip dari Surin Bachtiar, Adz Dzikraa Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Angkasa, Baandung : 1991
[6] Dikutip dari Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar, jilid 5, Dar al-Ma'rifat, Beirut
[7] Dikutip dari M Quraish Sihab, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta: 2002, hlm,480-481
[8] Dikutip dari Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Fi Qur’an, Durusy-Syuruq, Bairut : 1992, hlm 305
[9] Dikutip dari Tafsir Rahmat, Oemar Bakry, PT.Mutiara, Jakarta : 1982, hlm 163
[10] Dikutip dari Dasuki Hafizh, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta : 1990
[11] Lihat surah Al-Mu’minun: 8
[12] Dikutip dari M Quraish Sihab, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta: 2002, hlm,447
[13] Lihat surah al-Azhab / 33 : 72
[14] Lihat surah al- Anfal : 27
[15] Dikutip dari Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Fi Qur’an, Durusy-Syuruq, Bairut : 1992, hlm : 746
[16] HR.Ahmad dan Ibn Hibban dari Anas bin Malik. Inti dari pada hadis ini adalah di dalam diri manusia tidak akan mempunyai iman dan agama apabila berbuat khianat atau tidak dapat dipercaya. Hadis tersebut menerangkan bahwa betapa pentingnya amanah untuk dilaksanakan sehingga orang yang tidak melaksanakan amanah tidak dikatan orang beriman dan juga tidak beragama.
[17] HR Abu Dawud (3/290 no. 3535), at Tirmidzi (3/564 no. 1264), dan lain-lain. Hadits ini dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani -rahimahullah- di dalam Shahih Sunan Abi Dawud, Shahih Sunan at Tirmidzi, Shahih al Jami’ (240), as Silsilah ash Shahihah (1/783 no. 423-424), dan Irwa-ul Ghalil (5/381 no. 1544). Perintah hadis tersebut menunjukkan bahwa betapa wajibnya melaksanakan amanah.
Imam Abu Dawud Beliau berkata,"Khianat sangat buruk dalam segala hal, sebagiannya lebih buruk dari sebagian yang lainnya. Tidaklah orang yang mengkhianatimu dengan sedikit uang, seperti orang yang mengkhianatimu pada keluargamu, hartamu, dan ia pun melakukan dosa-dosa besar.
[18] HR al Bukhari (1/33 no. 59) dan (5/2382 no. 6131), Ahmad (2/361 no. 8714), dari isi hadis tersebut dapat kita pahami bahwa konsekuensi dari orang-orang yang tidak melaksanakan atau menyia-nyiakan amanah akan mendapat belasan berupa siksaan dihari kiamat nanti.
[19] Dikutip dari Dasuki Hafizh, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta : 1990
[20] Dikutip dari Sayid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Fi Qur’an, Durusy-Syuruq, Bairut : 1992
[21]Dikutip dari M Quraish Sihab, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta: 2002
[22] Lihat surah al-‘Araf : 175
[23] Hadis Sahih (Bukhari dan Muslim)
[24] Hadis Sahih (Bukhari dan Muslim)
[25] Lihat surah An-Nahl: 125
[26] Al hadis.
[27] Lihat surah Asy-Syura : 13
[28] Lihat surah At-Taubah : 122
Untuk Macam-Macam Amanah dari nomor 7 samapi 12 dikutip dari http://wongkendal.wordpres.com.

2 komentar:

  1. Titi's Titanium Helix Earrings - Titanium Arc - iTanium
    Titi's Titanium Helix Earrings. Titi's Titanium Helix Earrings titanium i phone case (Color), 1, womens titanium wedding bands 1, 1.2, titanium septum jewelry 1.3, 1.5, 1.5, 1.8, titanium white 1.9, 1.6.2. Size, 1, 1, 1, 1, 1.6, 1.8 출장안마

    BalasHapus