DINASTI
MUWAHIDUN
Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara
dan Spanyol. Kelahiran Muwahhidun ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam
yang telah dikotori orang-orang Murabhitun pada fase akhir kekuasaannya.
Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena pemimpin yang kuat serta cinta ilmu
pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah membuka mata orang barat tentang
capaian peradaban ummat manusia. Tulisan ini mengupas tentang capaian peradaban
pada masa Muwahhidun.
A. PENDAHULUAN
Umat Islam sekitar abad ke-12 secara mentalitas boleh
dikatakan semangatnya sudah pudar, apalagi untuk mengembangkan
intelektualitasnya. Apalagi kekalahan yang diderita ketika pasukan salib
berhasil menguasai beberapa daerah kekuasaan Islam di Timur Tengah, sehingga secara
perlahan tradisi keilmuan mulai hilang di dunia Islam yang membawa kepada
sebagian umat Islam menyibukkan diri dengan beribadah kepada Tuhan untuk
mendapatkan posisi yang baik di sisi Allah. Akibatnya muncullah
kelompok-kelompok kecil yang lebih memfokuskan pikiran untuk memberantas
kelompok-kelompok yang telah salah paham dalam memahami Islam.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah waktu itu, tetapi juga merembes ke daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian utara yang secara keseluruhan sudah dikuasai Islam. Namun, di tengah besarnya pengaruh Islam, umat Islam juga tidak terlepas dari perselisihan intern yang mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah dinasti. Kasus seperti ini bisa terlihat dalam proses terbentuknya Dinasti Muwahhidun yang bermula dari gerakan keagamaan dan berubah menjadi gerakan politik.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah waktu itu, tetapi juga merembes ke daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian utara yang secara keseluruhan sudah dikuasai Islam. Namun, di tengah besarnya pengaruh Islam, umat Islam juga tidak terlepas dari perselisihan intern yang mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah dinasti. Kasus seperti ini bisa terlihat dalam proses terbentuknya Dinasti Muwahhidun yang bermula dari gerakan keagamaan dan berubah menjadi gerakan politik.
Gerakan
keagamaan tersebut dipelopori oleh Ibn Tumart yang beraliran Asy’ariah. Para
sejarawan menyebutnya sebagai Dinasti Muwahhidun (orang yang mengesakan Tuhan)
ketika kekuasaan politik telah dikuasainya. Berkat usaha dan perhitungan yang
matang maka tercapailah sebuah kekuasaan politik oleh gerakan tersebut meliputi
Afrika bagian utara dan Spanyol (Andalusia) di barat yang pada masa sebelumnya
di bawah kekuasaan Murabitun. Namun karena kondisi yang kurang mendukung,
sekitar abad ke-13M dunia Barat bangkit dengan kekuatan baru membuat Muwahhidun
enyah dari Andalusia kecuali Islam di Cordova yang mampu bertahan sampai abad
ke-15 dikarenakan wilayahnya yang berbukit dan sulit untuk dijangkau.
B. ASAL USUL
Terbentuknya Dinasti Muwahhidun beranjak dari kondisi Afrika
Utara pada waktu kekuasaan Murabithun mulai melemah. Wafatnya Yusuf bin
Tasyufin pada tahun 1106 M, berakibat buruk bagi Murabithun, karena
pemimpin-pemimpin setelah dia adalah orang-orang yang lemah. Kondisi semakin
kacau ketika pimpinan fuqaha’ dipegang oleh seorang sufi yang ekstrim dan mulai
menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan Sunnah (paham tajassum/ mengatakan bahwa
Tuhan mempunyai bentuk seperti tubuh manusia). Kehidupan masyarakat sudah
materialistis, di samping terjadinya stagnasi dalam pemikiran para pengikut
Imam Malik, yang menyatakan tidak perlu lagi mempelajari Tafsir al-Qur’an dan
hadits karena semua itu telah dilakukan oleh Imam Malik.
Dalam kondisi demikian muncul Ibn Tumart dari kabilah
masmudah pasca belajar dari beberapa daerah pusat penyebaran Islam (Cordova,
Alexandria, Makkah dan Bagdad) dan juga belajar kepada al-Ghazali yang
beraliran asy’ariah. Sekitar tahun 1100 M dia kembali ke Maroko dan menyebarkan
ajarannya yang mendapat sambutan baik dari masyarakat. Inti ajarannya adalah
tauhidullah, mengesakan Tuhan dan praktek-praktek keagamaan yang bertentangan
dengan ajaran Islam dia kritik secara tajam. Di samping memperkenalkan ajaran
itu Ibn Tumart juga mendakwakan dirinya sebagai al-Mahdi yang akan
membangkitkan kebenaran dan keadilan.
Gerakan yang dibangun berdasarkan kebenaran dan kemurnian
ajaran Islam tersebut berhasil merangkul banyak pengikut dari masyarakat,
walaupun terkadang dakwahnya tidak selalu mulus. Pada tahun 1117 M Ibn Tumart
dan pengikutnya terusir dari tempat tersebut, sehingga dia pergi ke Marakesy .
Namun, karena ditempat tersebut kehadirannya tidak begitu mendapat sambutan,
akhirnya dia pergi ke Tilimsan (Tinmal/Tanmaal). Dari tempat inilah dia
menyusun kekuatan yang berwujud menjadi sebuah dinasti di temani oleh Abdul
Mu’min yang ia dapatkan di Marakesy.
Untuk menyebarkan
dakwahnya dia kirim da’i keberbagai daerah untuk mengajak kepada kebenaran
(amar ma’ruf) dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk (nahi mungkar).
Kepada pengikutnya dia menyerukan supaya mendirikan shalat tepat waktu,
berakhlak terpuji, taat pada undang-undang, membuat wirid yang dibuat oleh imam
Mahdi dan mendalami kitab-kitab aqidah al-Muwahhidun. Adapun untuk menggalang
(membentengi) diri dari dalam, maka dibentuklah dewan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Dewan Menteri (ahlal-syarah/ahl-al-jama’ah) terdiri dari sepuluh orang pembai’ah al-Mahdi sebagai kepala da’i kalangan murid-murid, seorangnya adalah Abdul Mu’min
2.
Dewan Majelis pemuka suku yang menjdai wakil tiap suku, jumlahnya lima puluh
orang (al-Khamain), dan
3.
Majelis Rakyat, terdiri dari para murid (al-Thalabah), keluarga al-Mahdi (ahl
al-dar), kabilah Hurghah dan orang awan (ahl Timal) Tanmaal
Tujuan dibentuk dewan tersebut adalah untuk mengkoordinir anggota dalam pengembangan agama dan juga untuk memudahkan mengkoordinir pemerintahan dari segi politik. Waktu kekuatan telah terhimpun dengan rapi datang serangan dari dinasti Murabitun kepada suku Masmudah yang membangkang kepada pemerintahan resmi, serangan tersebut dipimpin oleh Gubernur Sus dengan kemenangan dipihak Muwahhidun. Akibatnya Muwahhidun mengalami kemajuan yang pesat, dan pada tahun 1125 M di bawah pimpinan Abdul Mu’min pasukan ini menyerang kota Marakesy tetapi mengalami kegagalan.
Pada tahun 1130 M Ibn Tumart menemui ajalnya, sehingga
melalui kesepakatan Dewan Menteri dinobatkanlah Abdul Mu’min menjadi khalifah
pengganti al-Mahdi dengan sebutan Amiru al-Mu’minin. Setelah dinobatkan sebagai
khalifah kerjanya adalah mengakhiri Dinasti Murabithun dan menundukkan kabilah
yang ada di Maroko. Akibatnya secara resmi berdirilah Dinasti Muwahhidun di
Maroko dan menjadikan Maroko sebagai pusat pemerintahannya setelah daerah ini
ditaklukan pada tahun 1146 M dengan para pemimpin sebagai berikut :
1. Ibn Tumart (w.1130 M)
2.
Abdul Mu’min (w.1163 M)
3.
Abu Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min (w.1184 M)
4.
Abu Yusuf Yaqub ibn Abu Yaqub Yusuf (w.1199 M)
5.
Muhammad ibn al-Nashir (w.1214 M)
6. Al-Muntashir (w.1223 M)
7. Abdul Wahid ibn al-Muntashir (w.1224 M)
8. Abu Muhammad al-Adil(w.1227 M)
9. Al-Ma’mun (w.1233 M)
10. Abdul Wahid II (w.1243 M)
11. Al-Mutamid (w.1266 M
12.
Al-Wasiq.
C. PENCAPAIAN
Semenjak Abdul Mu’min dinobatkan sebagai khalifah, dengan
secara cepat dia melakukan penaklukkan terhadap daerah-daerah kekuasaan
Murabitun, dengan ditaklukkannya kekuasaan Murabitun yang merupakan lahan-lahan
yang subur serta jalur perdagangan, maka terciptalah kemajuan pada dinasti
tersebut. Kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti ini adalah sebagai berikut :
1.
Bidang Politik
Ketangguhan Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi, telah
membuka jalan mulus bagi penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan
Muwahhidun di Spanyol dan Afrika Utara. Pada awal kekuasaannya Abdul Mu’min
telah melakukan penaklukkan besar-besaran untuk memperluas kekuasaan
Muwahhidun. Adapun daerah-daerah yang ditaklukan tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
Tahun 1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath.
b.
Tahun 1145 M negeri Spanyol
c.
Tahun 1159 M Almenia, dan Gilbartan dijadikan pusat pemerintahan, dan
d.
Tahun 1160 M Aljazair, Tunisia dan Tripoli.
Tidak jauh berbeda dengan ayahnya, sehingga usaha yang ditinggalkan oleh ayahnya dia lanjutkan. Dengan hasil, pada tahun 1172 M ia menguasai kota Seville yang ia lanjutkan ke Toledo, namun ketika pasukannya tiba di Santarem dekat Lisabon, mereka dihadang oleh tentara Kristen mengakibatkan Abu Yakub Yusuf meninggal pada tahun 1181 M karena terluka waktu pertemuan tersebut. Sepeninggal Abu Yakub Yusuf pimpinan pemerintah dipegang oleh puteranya yang bernama Abu Yusuf Yakub al-Manshur. Masalah yang dihadapi oleh al-Manshur ini juga tidak jauh berbeda dengan masa-masa penguasa sebelumnya, yaitu menumpas para pemberontak, yang ada di Andalusia. Semua dapat diatasi dan kota Bijaya (Bogie) dapat dikuasainya.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Kekuasaan Dinasti Muwahhidun yang meliputi Afrika Utara dan
Andalusia (Spanyol), sangat berimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
filsafat. Boleh dikatakan bahwa tradisi keilmuan yang telah hilang di dunia
Islam bagian timur, apalagi akibat kesalah pahaman masyarakat terhadap saran
al-Ghazali tentang 3 (tiga) hal pemikiran para filosof dengan mengatakan mereka
kafir. Telah bangkit kembali di dunia Islam bagian barat yang menjadi batu
loncatan bagi transmisi (berpindah) peradaban Islam ke barat, terutama pemikiran-pemikiran
dari Ibn Rusyd. Adapun para ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun
ini terutama pada masa kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah
sebagai berikut :
a. Ibrahim bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu
a. Ibrahim bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu
b.
Al-Hafidz Abu Bakr bin al-Jad seorang ahli figh. Dan Ibnu al-Zuhr ahli
kedokteran, dan
c.
Ibn Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of
Solitary. Ia juga berada di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
d.
Ibnu Thufail (581 H/ 1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin
Yaqzhan. Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga
dianggap sebagai penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi,
Al-Kurtubi, Al-Isibily.
e.
Ibnu Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof , dokter, ahli matematika,
fikih, ahli hukum, ahli astronomi juga seorang poplemik atau dikenal dengan
sebutan Averrous/Averroisme di Barat.
f.
Bidang arsitektur dapat dilihat bangunan menara Giralda di Selville, rumah
sakit di Marakesy dan bangunan lain yang tidak kalah pentingnya seperti masjid
jami’ di Sevilla.
g. Bidang ekonomi dijalaninya hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti dengan Pisa, pada tahun 1154 M, Marseie, Voince dan Syalia pada tahun 1157 M.
g. Bidang ekonomi dijalaninya hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti dengan Pisa, pada tahun 1154 M, Marseie, Voince dan Syalia pada tahun 1157 M.
D. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
Pada tahun 1198M, Abu Yusuf Yakub al-Manshur wafat dan
digantikan oleh Muhammad al-Nashir. Namun kondisi Dinasti Muwahhidun tidak lagi
seperti sebelumnya dan sudah mulai lemah setelah mengalami kemajuan selama 69
tahun. Kelemahan ini salah satu penyebabnya karena al-Nashir tidak mempunyai
pandangan serta wawasan politik yang luas seperti para pendahulunya. Apalagi
pengganti dari Muhammad al-Nashir dan pengganti-pengganti berikutnya, mereka
adalah orang-orang yang tidak mempunyai semangat juang tinggi seperti para
pendahulunya.
Terjadinya
kemunduran dinasti ini juga disebabkan karena orang-orang Kristen Spanyol
setelah mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari umat Islam membuat
mereka sadar akan kondisi yang mereka hadapi, dengan penuh semangat mereka
bangkit dari ketertinggalan dan melakukan penyerangan kepada umat Islam di
Spanyol. Penyerangan tersebut terjadi sekitar tahun 1212 M, oleh kondisi
raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navarge dan Aragon) di Spanyol.
Kekalahan yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran
tersebut menyebabkan semakin mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah
kekuasaan Islam lain di Spanyol. Apalagi al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada
anaknya yang baru berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II(al-Muntashir) yang
tidak memiliki kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan. Kemunduran
semakin meningkat setelah wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M, karena
muncul perpecahan di kalangan pembesar Muwahhidun.
Perpecahan terjadi karena al-Munthasir tidak mempunyai anak
laki-laki untuk menggantinya. Seperti Tunisia berdiri daulah Bani Nafs,
sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah. Melihat umat Islam
terpecah, Kristen semakin gencar melakukan gerakan untuk mengambil alih
kekuasaan Islam, sehingga tahun 1238 M, seluruh kawasan Spanyol jatuh ke tangan
Kristen kecuali Granada yang mampu bertahan sampai tahun 1492 karena terletak
di perbukitan. Dengan hilangnya pengaruh Muwahhidun di Spanyol serta diikuti
keruntuhan kekuasaan di Afrika telah membawa kehancuran dinasti ini pada tahun
1269 dengan didudukinya Maroko oleh Dinasti Marin (Mariniyyah)
E. PENUTUP
Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara dan Spanyol adalah karena ingin memurnikan ajaran Islam yang telah dikotori orang-orang Murabhitun pada fase akhir kekuasaannya. Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena pemimpin yang kuat serta cintailmu pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah membuka mata orang barat untuk mengejar ketertinggalannya dari umat Islam, apalagi setelah ajaran Ibn Rusyd (Averoisme) telah mempengaruhi para pelajar barat.
DAFTAR PUSTAKA
Adjid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam; Melacak Akar- akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999
Bosworth, C. E, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Mizan, 1993
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta; Proyek PPSTA, 1992
Hitti, Phillip K., History of the Arabs, New York: Mactniland Student Edition, 1970
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam Jil. I &II, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1992.
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam I, Padang, IAIN IB Press, 2001
Sirajuddin Zar Filsafat Islam: Dari al-Ghazali ke Ibnu Rusyd, Padang : IAIN IB Press, 1999
Siti Maryam, ddk (ed), Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta: Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI Yogyakarta, 2003
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Bogor : Kencana, 2003
Yahja Mahajudin, Islam di Spanyol dan Sicilia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa, 1990
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2010/06/dinasti-muwahhidun.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar